Senin, 22 September 2014

Aku ke kota Solo


two day  in Solo city

When a sense of boredom and saturated appear , and soon I asked to leave of work and traveled to Central Java and the Solo city my destination , this is what I can tell you in this town



Memecahkan kejenuhan kerja yang memuncak adalah dengan mengambil cuti. Kali ini aku sengaja mencoba langsung ke kota Solo, tempat yang sangat jarang kusinggahi, mungkin lebih banyak hanya sebatas melewati saja tanpa mencoba tinggal.

Menempuh perjalanan Jakarta Solo menggunakan kereta api Argo Dwipangga pagi cukup menyenangkan apalagi saat tiba disolo sinar matahari masih memberikan cahaya untuk mataku menikmati suasana sore di kota ini , sehingga saya putuskan untuk naik becak dari stasion Solo Balapan menuju tempat penginapan.

Kesan pertama akan kota Solo adalah cukup bersih dan bersahabat, apalagi mendapatkan pengemudi becak yang ramah sehingga bisa mendapatkan informasi tentang kota ini langsung dari orang yang setiap hari berinteraksi dengan kotanya.

Hampir dua puluh menit becak membawaku sampai di penginapan dipertigaan Baron, dan menurunkanya disebuah hotel melati yang baru dan cukup bersih, sesuai dengan apa yang diinformasikan dalam website.
Keramahan penerimaan cukup standar hotel melati dan minuman selamat datang berupa teh manis hangat cukup menyegarkan tenggorokan  & tanpa menunggu waktu berlalu segera setelah itu kakiku mulai melangkah keluar hotel menuju jalan raya arah ke tengah kota sambil tidak lupa memeriksa setiap sudut jalan yang menarik agar dapat bersarang didalam kameraku,



 menyusuri city walk


Solo siang ini sangat cerah dan kakiku terus saja melangkah mengikuti naluri mataku yang kali ini rasanya arah menuju ke alun-alun kraton,






terik matahari semakin membuat tubuhku dipenuhi keringat tetapi waktu yang ada harus dimanfaatkan sebaik mungkin, mencoba memasuki lokasi kraton Solo yang kali ini aku kurang beruntung, ternyata hari ini kraton ditutup untuk umum, tetapi berada diluar kraton sudah membuatku cukup senang.








Lagi pula nampaknya suasana diluar kraton juga menarik untuk disimpan didalam kamera, bangunan yang secara tata letak adalah bagian dari kraton yang dibatasi oleh jalan yang juga merupakan bagian dari jalan kraton, 




















kehidupan masyarakat disekeliling kraton masih bisa membuat ceritera tersendiri, menyatu dengan lingkungan dan merasa bahwa bangunan dan jalan itu miliknya juga













mengikuti langkah kaki dan sekehendak arah banyaknya orang berkumpul membawaku menuju sebuah pasar yang sangat dikenal dikota ini, Pasaanr Klewer, sebuah pasar yang penuh dengan cerita seperti yang ditulis oleh pengarang kondang Arswendo dalam novelnya "canting" membuat rasa penasaranku semakin tinggi, bagaimana dan apa saja yang ada dipasar ini




persis seperti apa yang ditulis Arswendo dalam "Canting" kegiatan utama pasar adalah sentra batik  tetapi ada juga menjual  jenis fashion lainnya dan perhiasan, bila dalam novel Canting hampir semua pedagang adalah kaum perempuan sekarang dapat kita lihat beberapa pedagang juga kaum pria, yang berbeda hanyalah bangunan ini sekarang sudah modern dengan susunan kios dan lorong tertata rapih tetapi aroma tekstil dan bau khas batik sangat kental terasa,



























puas berkeliling pasar dan mengikuti saran dari tukang becak aku menyeberang jalan menuju kampung Kauman yang juga merupakan kampung wisata batik  serta sentra industri & penjualan batik , 



dikampung ini kita akan lebih banyak bisa menikmati toko-toko yang berada disepanjang sisi kiri kanan jalan, keramahan penjual merupakan daya tarik sendiri dan dikampung ini pula kita dapat menikmati bagaimana proses pembuatan batik,










rasanya puas sudah bisa menghabiskan waktu di tempat ini, keingintahuan telah terpenuhi dan jarum jam semakin lama tampak mulai menunjukan arah putaran maju menyesuaikan dengan  matahari yang semakin menuju arah timur.
Menikmati kota ini dengan jalan kaki rasanya lebih nikmat, apalagi dengan waktu dan dana yang terbatas, beruntung semua berjalan sesuai rencana, tidak ada kebobolan dalam dana dan lokasi yang dituju masih dalam koridor rencana semula.
Perjalanan menuju arah kembali ke hotel dilakukan dengan masih mengandalkan langkah kaki, berjalan lurus mengikuti arah menuju Baron, disana teh hangat dan goreng pisang telah menanti, sesuai janji pemilik hotel,





Dari jendela hotel saya dapat menikmati sedikit pemadangnan jalan raya Rajiman tepatnya dipertigaan Baron, lalulalang motor dan mobil beradu cepat atau becak yang tanpa ragu berjalan perlahan disisi jalan, kadang ada pula terlihat beberapa orang menyeberebang jalan ada yang mudah ada pula yang ragu-ragu, disudut kanan dari arah jendela tampak ada sebuah warung yang sedang ramai dikunjungi, beberapa becak dan motor tampak diparkir tidak teratur, suara gelak tawa sesekali terdengar, sedangkan diseberang jalan tampak sebuah warung makan yang sedang berbenah tutup berbarengan dengan makin rendahnya matahari menuju ufuk barat.

Berlalunya senja yang berbarengan dengan gerimis mengiringi cahaya malam yang mulai muncul dan disapa langsung oleh lampu penerangan dijalan raya serta dikombinasikan dengan lampu kendaraan yang melintas, sesmentara disisi kiri kanan dihiasi lampu rumah yang beragam sinarnya, sementara itu perut telah memberikan sinyalnya tanda energi mulai berkurang dan harus segera dipulihkan.
Atas saran penjaga hotel dan atas rayuan pengemudi becak dibawalah tubuh ini menuju tempat kuliner malam yang dibanggakan oleh warga solo yaitu GALABO singkatan dari Gladak Langen Bogan.
Beruntung saya berkunjung ke tempat ini tidak datang pada hari libur atau week end sehingga tidak terlalu padat dan ditambah dengan hujan yang belum lama berhenti sehingga memudahkan untuk mencari tempat duduk dan memilih makanan, sementara disalah satu sudut paling ujung terdengar sekelompok pemusik jalanan yang melantunkan lagu sesuai dengan permintaan pengunjung atau bisa juga pengunjung sendiri yang menyyanyikan lagi.











Second day in Solo City visit Kampung Laweyan, as centre of batik industry.
Kali ini matahari bersinar sepenuhnya sehingga keringat cepat sekali keluar bersamaan dengan langkah kaki menuju kampung laweyan yang cuma berjarak kira-kira dua puluh menitan berjalan kaki dari hotelku, Kampung Laweyan merupakan salah satu pusat industri batik tua di kota ini dan tempat ini sengaja ku pilih untuk mengetahui apa saja yang ada dikampung ini.




Kampung Laweyan saat ini (yang aku lihat) merupakan pusat industri tekstil batik dan mungkin pernah berkaya pada masanya, gedung-gedung bekas pabrik tampak berderet kosong, hanya beberapa saja yang masih beroperasi, katanya memang dari dahulu demikian, sekarang kebanyakan batik dibuat di industri menengah saja yang tidak memerlukan tempat yang luas, bagiku gedung-gedung yang ada cukup menarik untuk menjadi penghuni didalam kameraku,








beruntunglah masih ada beberapa  pabrik yang masih beroperasi walaupun dengan kondisi yang minim tetapi rasa penarasanku sudah terpuaskan dengan mendengar ceritera pemilik pabrik tentang kondisi kampung Laweyan dan tanpa terasa waktu pula yang membatasi singgahku di kota Solo, setelah makan siang segera aku checkout dari hotel  meneruskan perjalanan menuju Jogyakarta.

Kali ini aku akan mencoba naik kereta api (sejenis kereta api KRL Jabodetabek) namanya "Pramex" singkatan dari Prambanan Express,  yang melayani rute Solo-Jogya -Solo sebanyak lima kali dalam sehari.
Stasiun yang pemberangkatan atas petunjuk pemilik hotel adalah stasiun Purwosari.


Stasiun ini cukup nyaman, bersih dan teratur sesuai dengan komitmen PT.KAI sebagai operator tunggal kereta api di Indonesia,dan rasanya hampir diseluruh stasiun kereta api sudah mulai nyaman dan tertib.

Di stasiun ini juga terdapat kereta wisata dalam kota Solo yang menggunakan kereta api tua, sayang sekali aku tidak berkesempatan untuk mencobanya, tetapi melihat sosok kereta tua sudah cukup menghibur.
























Setelah puas menikmati dan menyimpan gambar suasana stasiun, kini saatnya menikmati perjalanan menuju Jogyakarta menggunakan kereta api penumpang Pramex.
Rasa lelah dan ngantuk terobati ketika berada didalam kereta pramex, nyaman dan bersih dengan sirkulasi udara yang baik juga kebetulan bukan pada jam sibuk sehingga aku dapat menikmati perjalanan ke Jogyakarta dengan nyaman dan aman.







next story is Jogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar